Anjing Hitam Mak Wo

CERPEN INUNG SETYAMI

Mak Wo Lebih terperanjat lagi ketika menemukan wajah anak lelaki semata wayangnya yang telah lama hilang. Ia yakin itu anaknya, ada semacam tanda di pelipisnya.

Bukan tanda lahir, anak itu pernah tertusuk kayu bagian pelipisnya saat masih kecil hingga menyisakan bekas luka.

“Nak, apakah itu kamu anakku yang dulu kutimang-timang?” ucap Mak Wo. Labih pun langsung memeluk Mak Wo. Menangis dalam pelukan Mak Wo.

Meski bertahun-tahun lamanya mereka telah terpisah. Wajah Mak Wo tentu tak akan terhapus dalam ingatan Labih. Iya, anak itu hanyut di sungai ketika usianya 4 tahun.

Seseorang menemukannya pingsan di dermaga kayu, lalu merawatnya hingga usianya remaja. Saat remaja, kedua orang tua angkatnya meninggal dan ia hidup bersama lelaki yang sebenarnya adalah ayahnya sendiri. Mereka tak saling mengenali.

“Ada apa ini Labih? Perkara apa dengan ayahmu?” ucap Mak Wo.

“Oh rupanya kamu yang membawa Surengku ke mari. Sudah menyia-nyiakan aku, melupakan anakmu, lantas kau pun ingin membunuh anjingku?!”ucap Mak Wo pada mantan suaminya yang duduk di hadapannya.

“Jadi… Jadi, apakah dia anakku?” tanya lelaki itu pada Mak Wo. Mak Wo mengangguk.

Lelaki itu memiliki raut penyesalan yang dalam. Ini adalah sepenggal hidupnya yang tragis. Ia menantang sendiri darah dagingnya dalam sumpah darah anjing!

Lelaki itu membayangkan, risiko-risiko yang akan datang, 7 turunannya akan menanggung akibatnya. Ia tertunduk lesu di balai-balai. Kemudian tergugu lalu terbahak bahak. ***

Keterangan:
1. Buah lepiu merupakan buah asli Kalimantan Utara, buah musiman yang hanya berbuah satu kali dalam 5 tahun. Buah ini tergolong langka dan jarang ditemui di pasaran. Berbentuk bulat seperti jengkol dan berada di ranting pohon-pohon yang tinggi.

Lihat juga...