Penggunaan Jahe sebagai Pewarna Alami Menyehatkan Tubuh

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Beberapa perajin batik tulis kami ajak untuk lebih memanfaatkan jahe sebagai pewarna alami. Selama ini penggunaan pewarna kimia masih sangat diminati, karena lebih mudah dan cepat untuk proses pewarnaan pada kain. Namun tanpa disadari, bahan kimia yang digunakan mencemari lingkungan dan berdampak pada gangguan pernapasan,” ucapnya.

Selama melakukan upaya pendampingan terhadap perajin batik tulis, Honest mengatakan, banyak kesulitan untuk mengajak para perajin batik memilih menggunakan pewarna alami. Namun untuk mengantisipasi dampak buruk ke depan, dirinya konsisten mengajak para perajin agar lebih sadar dampak kesehatan yang terjadi di kemudian hari.

“Ada lima kelompok perajin batik tulis di Jember yang kami bina selama ini. Namun tidak lantas semua yang kami bina beralih menggunakan pewarna alami. Masih ada beberapa kelompok perajin lain yang tetap menggunakan pewarna tekstil,” ungkapnya.

Corak khas yang dihasilkan pewarna alami, memiliki keunikan tersendiri. Honest mengatakan, hasil produksi batik dengan menggunakan pewarna alami memiliki daya tarik tersendiri.

Menurutnya, karena keunikan warna yang dihasilkan, kini hasil produksi batik mampu bersaing ke pasar internasional.

“Beberapa kali pada saat kami bantu pendistribusian produk batik yang selama ini kami bina, melalui pasar pameran internasional, batik kita banyak diminati negara lain. Selain itu juga mendapat apresiasi dari Kementerian Sosial,” jelasnya.

Salah satu mahasiswi strata dua Universitas Jember, Rizka Ayu mengatakan, selama ini warna tekstil dihasilkan dari proses pembakaran lilin kemudian mencair dan langsung digunakan.

Lihat juga...