Jelang PTM, Usaha Jahit Rumahan Panen Order
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
BANDUNG – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang rencananya digelar pada Juli mendatang, memberi dampak positif terhadap perkembangan usaha jasa jahit rumahan.
Firman, salah seorang pengusaha jahit rumahan asal Desa Serangmekar, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, mengungkapkan, bahwa dalam sepekan terakhir, ia telah menerima sedikitnya 30 orderan untuk menjahit seragam sekolah.
“Karena sekolah sudah mau buka lagi, alhamdulillah orderan jahit seragam naik drastis. Udah lama juga saya nggak jahit seragam sekolah,” kata Firman saat ditemui di kediamamnya, Selasa (15/6/2021).
Selama masa pandemi, Firman mengaku lebih banyak menerima orderan membuat masker, kaos dan celana. Sayangnya kata Firman, penghasilan dari menjahit barang-barang tersebut tidak sebesar penghasilan dari menjahit seragam sekolah anak.
“Kalau masker itu kan saya hanya tangan ketiga, jadi upahnya kecil, cuma Rp2.000 per lusin. Beda dengan seragam sekolah, karena langsung dari pelanggan, jadi penghasilannya jauh lebih besar, minimal Rp30 per baju,” jelas Firman.
Ia pun berharap, pelaksanaan PTM tidak kembali ditunda. Pasalnya, selain bisa membantu perkembangan usaha jahit, PTM juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya anak-anak agar gairah belajar tidak hilang.
Sementara itu, Eneng Hayati, salah seorang Wali Murid asal Ciparay mengatakan, bahwa sejak anaknya menginjak SMA tahun lalu, seragam sekolahnya tidak pernah digunakan.
“Waktu itu beli baru, tapi ternyata seragamnya nggak pernah dipakai juga. Sekarang pas sekolah sudah mau buka, seragamnya malah sudah kekecilan, mau nggak mau harus bikin lagi,” ucapnya.
Menurut Eneng, seharusnya sekolah atau pemerintah daerah memberikan subsidi bagi siswa untuk membeli seragam baru. Karena menurut Eneng, tidak sedikit orang tua yang mengeluh, seragam anaknya tidak lagi muat dipakai.