Memanfaatkan Jagung Cacah untuk Pupuk Biologis Trichoderma

Editor: Makmun Hidayat

SEMARANG — Trichoderma dikenal sebagai jenis jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai organisme pengurai, sekaligus agens hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Tidak hanya itu, dengan penggunaan secara rutin dan sesuai takaran, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk biologis dan biofungisida.

“Trichoderma ini bisa digunakan sebagai pengganti pestisida, khususnya pestisida sintetis (kimiawi). Kita ketahui, penggunaan pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Selain memiliki manfaat untuk mengatasi organisme pengganggu tanaman (OPT), penggunaan yang tidak bijaksana akan mempengaruhi syarat mutu produk yang dihasilkan. Termasuk pada kesuburan tanah,” papar Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kota Semarang, Shoti’ah, saat dihubungi di Semarang, Rabu (26/5/2021).

Hal tersebut, mendorong pihaknya untuk memperkenalkan Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), dengan mengedepankan pengelolaan agroekosistem dan teknologi yang berbasis pada sumber daya alam, diantaranya penggunaan agens hayati dan pestisida nabati.

“Salah satunya dengan pembuatan agens hayati Trichoderma, yang dapat dimanfaatkan untuk  mengendalikan hama penyakit pada tanaman yang dibudidayakan. Kita ajak komunitas petani organik Kota Semarang, untuk melakukan pembuatan demplot pos Agensia Hayati (PPAH) di rumah organik Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen,” lanjutnya.

Lebih jauh dipaparkan, untuk membuat agens hayati Trichoderma, dibutuhkan bahan baku berupa jagung cacah sebanyak 10 kilogram, yang kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan dikukus hingga matang.

“Langkah selanjutnya, setelah dilakukan pendinginan, ditambahkan isolat atau stater berupa tricho dan beauveria, sebanyak 15 ml. Setelah bahan tercampur aduk hingga rata, kemudian disimpan hingga satu minggu, agar proses fermentasi bisa optimal dan hasil yang didapat maksimal,” lanjutnya.

Lihat juga...