Cegah Konflik, Upaya Konservasi Macan Tutul Jawa

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Macan tutul Jawa yang merupakan predator puncak penguasa hutan Jawa, diperkirakan jumlahnya akan terus menurun jika tidak dilakukan  intervensi lintas sektor. Intervensi ini dibutuhkan untuk menurunkan konflik macan tutul Jawa dengan masyarakat.

Direktur SINTAS Indonesia Hariyo T Wibisono menyampaikan populasi macan tutul Jawa atau Panthera pardus melas hingga saat ini masih mengalami ancaman. Jumlah yang terdata pada tahun 2020 yaitu hanya tinggal sekitar 500 macan tutul yang hidup di hutan Jawa.

“Tercatat dalam periode tahun 2008 hingga 2020 terjadi 87 konflik antara manusia dengan macan tutul Jawa yang menyebabkan 18 macan tutul Jawa yang mati dan 29 dalam kondisi kritis atau cacat. Dan dalam periode 2007 hingga 2019 tercatat ada 19 macan tutul yang mati diburu atau diperdagangkan,” kata Beebach saat dihubungi, Rabu (19/5/2021).

Direktur SINTAS Indonesia Hariyo T Wibisono menyampaikan pentingnya intervensi untuk menghindari penurunan populasi macan tutul Jawa, saat dihubungi, Rabu (18/5/2021). -Foto Ranny Supusepa

Ia menyebutkan saat ini ada tiga tempat perlindungan bagi macan tutul Jawa. Yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Taman Nasional Meru Betiri, yang menampung lebih dari sepertiga populasi macan tutul Jawa.

“Konflik terbesar biasanya berawal dari serangan  macan tutul pada ternak yang terjadi di batas permukiman. Penanganan konflik yang tepat tentunya bukan lah menunggu laporan dari masyarakat. Karena jika sudah ada laporan konflik, mayoritas yang terjadi adalah macan tutul yang mati atau cacat,” tuturnya.

Lihat juga...