Budi Daya Ulat Hongkong, Minim Perawatan, Mudah, Menguntungkan
Editor: Koko Triarko
YOGYAKARTA – Budi daya ulat hongkong merupakan salah satu usaha yang menjanjikan. Selain tidak membutuhkan modal yang besar, budi daya pakan burung kicauan ini juga cukup mudah dilakukan di lahan sempit sekali pun.
Agus Dwinanto (26), pembudidaya ulat hongkong di dusun Nglotak, Kaliagung, Sentolo, Kulon Progo, mengaku membudidayakan ulat hongkong sejak setahun terakhir, tepatnya awal 2020. Memanfaatkan lahan berukuran 2 x 3 meter di sekitar rumahnya, ia membudidayakan ulat hongkong dengan sistem rak bersusun.
“Ulat hongkong mudah dibudidayakan, karena minim perawatan. Selain itu kebutuhan makannya juga sangat minim. Bahkan, kita bisa memanfaatkan sisa buah atau sayuran yang tidak terpakai. Sehingga biaya operasionalnya cukup rendah,” katanya.

Sebagai kandang budi daya, Agus memanfaatkan kotak kayu triplek berukuran 60 x 80 cm, yang disusun dalam rak sedemikian rupa. Satu kotak budi daya biasanya berisi sekitar 1-2 liter ulat hongkong dalam satu siklus hidupnya. Masa panen ulat hongkong mulai dari menetas hingga panen cukup singkat, yakni 1-2 bulan saja.
“Sistem budi daya ulat hongkong ini biasanya dilakukan berjenjang. Sehingga kita bisa rutin panen setiap 5-7 hari sekali. Yakni, dengan tahapan proses budi daya mulai dari peneluran, penetasan dan pembesaran,” katanya.
Sebelum bisa masuk ke proses peneluran, pembudidaya harus menyiapkan ulat dewasa menjadi kepompong. Biasanya butuh waktu sekitar 2-3 bulan. Setelah 3 hari, kepompong akan berubah menjadi kumbang muda berwarna putih.