Geowisata Jadi Tren Pariwisata Milenial

Editor: Koko Triarko

Selain itu, geowisata juga terdiri dari geoarkeologi yang mencakup legenda, sejarah budaya maupun keragaman flora dan fauna dalam situs geologi.

“Dan, yang terakhir adalah aspek ilmu kebumian itu sendiri. Seperti oseanografi, geodesi, astronomi. Semua jika digabungkan akan menjadi geowisata yang sesuai dengan keinginan para pecinta wisata. Tanpa mengurangi sumber daya itu sendiri,” urai anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ini.

Reza menjelaskan, inti dari geowisata adalah bagaimana menterjemahkan ilmu geosains menjadi suatu cerita yang menarik dan menyentuh emosi dari para wisatawan.

“Di sinilah dituntut kreativitas dari para pengelola dan pemandu geowisata untuk menjadikan geowisata sebagai pilihan wisata. Mulai dari promosi hingga pengelolaan wisatanya,” ungkapnya.

Pemerintah, lanjutnya, terlihat juga serius mendorong perkembangan geowisata ini dengan adanya pertemuan antara Menparekraf, Sandiaga, dengan pihak Kementerian ESDM.

“Perkembangan geowisata Indonesia dari tahun ke tahun juga menunjukkan memang sektor geowisata ini menjanjikan. Selama pengelolaannya dilakukan dengan baik dan mempertimbangkan alam. Baik di sektor sumber daya alam dan sumber daya manusianya,” ungkap Reza.

Data 2019 menunjukkan, mulai dari 2015 ada perkembangan proyeksi wisatawan. Mulai 551.250 dan terus meningkat, hingga pada 2019 menjadi 1.102.500 wisatawan.

“Kita harus mencontoh apa yang sudah dilakukan Florida. Sebagai negara bagian di Amerika Serikat yang dikelilingi oleh negara bagian yang menggantungkan penghasilan daerah kepada pertambangan minyak, tapi berani menggantungkan pada geowisata. Dan, berhasil,” ucap Reza tegas.

Lihat juga...