Blewah Jadi Komoditas Alternatif Petani Lahan Pasir di Kulonprogo

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

YOGYAKARTA — Sejumlah petani lahan pasir di kabupaten Kulonprogo, semakin banyak beralih untuk menanam komoditas blewah di lahan pertanian mereka.

Selain memiliki nilai jual cukup stabil, tanaman buah yang sering dimanfaatkan sebagai minuman penyegar ini dipilih karena memiliki perawatan yang jauh lebih mudah dibandingkan tanaman sejenis seperti melon hingga semangka.

Salah seorang petani blewah, Abu, asal desa Garongan, Panjatan, Kulonprogo, mengaku sudah mulai menanam sejak 3 tahun terakhir. Ia mengaku tertarik karena biaya produksinya yang murah dan mudah.

“Harga bibit jauh lebih murah dibandingkan melon atau semangka. Perawatannya gampang karena tidak mudah terserang penyakit, serta nilai jual yang cukup stabil,” katanya kepada Cendananews, Rabu (21/04/2021).

Abu menyebut di bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri seperti saat ini, harga jual Blewah bahkan mengalami peningkatan cukup signifikan. Jika biasanya hanya berkisar Rp4.000 per kilogram, maka saat ini meningkat menjadi Rp6.000 per kilo.

“Saya menanam blewah di lahan sekitar 2000 meter persegi. Hanya dalam waktu 40 hari sudah bisa panen. Biasanya kita panen setiap 2 hari sekali. Dalam satu musim saya bisa menghasilkan pemasukan sampai Rp20juta,” katanya.

Untuk perawatan, Abu mengaku hanya perlu rutin melakukan penyemprotan fungisida dan pestisida. Pasalnya penyakit yang kerap menyerang blewah lebih banyak cenderung pada jamur dan ulat daun.

“Paling hanya semprot obat jamur dan ulat. Selain itu tidak ada. Jadi sangat enak dan mudah. Tidak seperti komoditas lain seperti melon, cabai, bawang merah yang perlu perawatan ekstra,” katanya.

Lihat juga...