Sektor Perkebunan Belum Optimal Kembangkan ‘Bee Pollen’
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
YOGYAKARTA – Selain bisa dipanen madu dan sarang atau royal jelly, budi daya lebah sebenarnya juga bisa menghasilkan komoditas lain berupa serbuk sari lebah atau biasa disebut bee pollen.
Bee pollen sangat berbeda dengan madu alami maupun royal jelly karena berasal dari gabungan serbuk sari tanaman yang dikumpulkan lebah serta nektar tanaman dan air liur lebah sehingga membentuk butiran halus yang disimpan di dalam kantung pada kaki lebah.
Sayangnya, hingga saat ini, budi daya lebah untuk pemanfaatan bee pollen masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Padahal Indonesia sebenarnya memiliki potensi sangat besar untuk pengembangan budi daya lebah penghasil bee pollen.
Hal tersebut diungkapkan salah seorang pembudi daya lebah madu, Muhammad Triyanto (27) asal Dusun Tangkisan, Hargmulyo, Kokap, Kulunprogo.
Ia menyebut banyak daerah di Indonesia khususnya daerah perkebunan bisa dikembangkan sebagai budi daya lebah bee pollen karena menyimpan banyak makanan untuk mereka.
“Di luar negeri, seperti Malaysia sudah banyak perkebunan dimanfaatkan untuk pengembangan lebah bee pollen. Karena kawasan perkebunan seperti perkebunan jagung, kelapa sawit, dan lainnya menghasilkan serbuk sari melimpah yang bisa untuk makanan lebah bee pollen,” katanya, Senin (15/3/2021).
Dikatakan Triyanto, produk bee pollen memiliki karakteristik yang berbeda dengan madu yang berasal dari nektar lebah pada umumnya. Dimana bee pollen memiliki warna putih serta perpaduan rasa pahit asam dan asin. Sedangkan madu lebih ke perpaduan rasa manis, asam, dan pahit.
“Kalau budi daya madu memanfaatkan lebah yang mengambil nektar bunga atau tanaman, sedangkan bee pollen lebih ke serbuk sari bunganya. Sehingga hasilnya juga berbeda,” katanya.