JAKARTA — Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD- KAI menyebutkan, tidak ada perbedaan antara vaksin Sinovac dengan vaksin AstraZeneca pada pengaplikasiannya.

“Yang membedakannya, vaksin AstraZeneca dikenal dengan vaksin ramah lansia. Karena sejak awal penelitian vaksin ini sudah melibatkan para lansia. Bahkan lansia yang komorbid,” kata Prof. Iris dalam bincang online IDI, Jumat (26/3/2021).
Ia juga menyebutkan vaksin AstraZeneca penyimpanannya juga tidak susah dan platformnya juga sudah lebih modern.
“Vaksin ini termasuk generasi baru dan efikasinya juga diatas 70 persen. Kalau dari keamanan, itu bisa dilihat dari uji klinis setiap tahap,” ucapnya.
Saat tahap 1, pengujian melibatkan 100 orang dan hasilnya aman. Tahap 2 melibatkan 400-600 orang dan hasilnya aman. Baru masuk ke tahap 3 yang melibatkan ribuan orang.
“Dari situ dilihat imogenisitas dan peningkatan antibodi secara seimbang. Harus seimbang karena percuma kalau aman tapi tidak bisa meningkatkan antibodi,” ujarnya.
Setelah itu, baru diserahkan ke Badan POM masing-masing negara yang langsung mengecek keamanan vaksin tersebut. Ada banyak tahapan juga di Badan POM ini.
Terkait efek simpang atau KIPI itu bisa saja terjadi, seperti layaknya vaksinasi lainnya.
“Seperti bengkak bekas suntikan atau merah bekas suntikan, tak berbeda dengan vaksin lainnya. Untuk efek simpang sistemik, seperti pusing atau mual atau muntah itu juga bisa terjadi. Wajar karena ada benda asing yang masuk ke tubuh kita. Tapi kan sudah terkontrol,” ujarnya lebih lanjut.