BATAN Terus Berupaya Ciptakan Benih Padi Unggul

Editor: Koko Triarko

Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN, Totti Tjiptosumirat, dalam berbagai kegiatan BATAN. –Dok: CDN

Totti menyebutkan, untuk mengaitkan jumlah varietas unggulan dengan keberhasilan ketahanan pangan, dibutuhkan survei yang menyeluruh.

“BATAN pernah mencoba, namun tidak bisa melakukannya. Karena banyaknya rantai stakeholders yang berhubungan dengan hal ini,” kata Totti.

BATAN mengeluarkan varietas benih padi unggulan pertama kali pada 1982, yaitu Atomita 1. “Lalu secara bertahap keluar hingga mencapai 28 bibit padi unggulan. Yang terakhir pada 2020, ada tiga varietas, yaitu, Lampai Sirandah, Sinar 1, Sinar 2,” kata Totti.

Pada 2019, ada tiga varietas, yaitu Rojolele Srinar, Rojolele Srinuk. Pada 2018, Mustajab, 2017 Mustaban Agritan, 2015 Tropiko, 2012 Inpari Mugibat, Suluttan Unsrat 1 dan Suluttan Unsrat 2. Dan, pada 2011 Inpari Sidenuk, 2010, Pandan Putri, 2008, Bestari, 2006, Mira 1, 2004 Mayang dan Yuwono, 2003 Winongo, Kahayan dan Diah Suci, 2001 Meraoke dan Woyla, 1996, Cilosari, 1992, Situgintung, 1991, Atomita 4, 1990, Atomita 3, dan 1983 Atomita 2.

“Karena kita bekerja sama dengan penangkar untuk penyebarannya, maka BATAN tidak memiliki data detail terkait berapa jumlah yang dipergunakan oleh petani. Karena tugas BATAN hanya sebagai peneliti benih sumber. Untuk ke petani itu penangkar,” pungkasnya.

Lihat juga...