Amanat Jenderal Soedirman kepada Letkol Soeharto
Mendengar jawaban Letkol Soeharto, Jenderal Soedirman kemudian bersedia berangkat ke Ibukota Yogyakarta. Jenderal Soedirman berangkat ke Yogya dalam keadaan ditandu. Sementara itu di Yogya penyambutan sudah disiapkan oleh Letkol Soeharto.
Belum juga satu jam perjalanan, Jenderal Soedirman meminta berhenti, dan turun dari tandunya. Letkol Soeharto dipanggil dan Jenderal Soedirman memegang bahunya sambil berkata, “Saya percayakan keselamatan negara dan keselamatanku kepadamu, Harto.”
Letkol Soeharto, terdiam meresapi kata-kata itu. Keterharuan itu tidak dilupakan oleh Letkol Soeharto. Kemudian dengan suara rendah, Letkol Soeharto menjawab, “Insyaallah, Pak.”
Jenderal Soedirman diam sesaat, lalu beliau naik lagi ke atas tandu. Kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Mementum penuh haru itu memilliki makna sprirtual. Merupakan “transformasi tanggung jawab perjuangan” dari Panglima Besar Jenderal Soedirman kepada Letnan Kolonel Soeharto.
Turunnya amanat Jenderal Soedirman itu bermula ketika Letnan Kolonel Soeharto diberi tugas oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang waktu itu menjabat sebagai menteri koordinator, untuk membujuk Jenderal Soedirman agar berkenan kembali dari medan gerilya. Sebelumnya, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan juga Kolonel Gatot Soebroto, seorang perwira yang disegani oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman, belum berhasil meyakinkannya untuk kembali ke Ibukota Yogyakarta.
Sikap Panglima Besar Jenderal Soedirman itu tampaknya dilatarbelakangi oleh keragu-raguannya atau bahkan kekecewaannya terhadap komitmen pimpinan politik, Presiden Soekarno beserta beberapa anggota kabinetnya yang memilih menyerah pada saat Agresi II Belanda.