AS Resmi Bergabung Kembali ke Perjanjian Paris

Presiden AS, Joe Biden, berbicara tentang perjuangan untuk mengatasi pandemi COVID-19, di Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat (26/1/2021) – foto Ant

WASHINGTON – Amerika Serikat (AS), resmi kembali bergabung dengan perjanjian iklim Paris, Jumat (19/2/2021), setelah keluar pada 2017.

Kembalinya AS ke Perjanjian Paris, membangkitkan semangat dunia dalam menanggulangi dampak perubahan iklim, setelah Presiden AS, Joe Biden, berencana mengurangi tingkat emisi di negaranya sampai 30 tahun ke depan.

Para ilmuwan dan diplomat asing, menyambut baik keputusan AS kembali ke Perjanjian Paris. Biden, pada hari pertamanya menjabat sebagai presiden, menginstruksikan jajarannya, agar AS kembali ke perjanjian tersebut. Dari hampir 200 negara yang bergabung dalam perjanjian itu, hanya AS yang pernah keluar.

Donald Trump, pendahulu Biden, menyebut ongkos untuk menanggulangi dampak perubahan iklim terlalu besar. Utusan AS untuk perubahan iklim, John Kerry mengatakan, AS akan berusaha mengganti seluruh waktu yang hilang setelah Trump mengeluarkan negara itu dari Perjanjian Paris.

Pernyataan itu disampaikan Kerry, dalam sebuah acara virtual yang dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres. “Kami merasa bertanggung jawab untuk bekerja lembur demi mengejar ketertinggalan. Banyak hal yang harus kami kerjakan,” kata Kerry, pada acara itu.

Biden menargetkan AS bebas emisi atau gas buang rumah kaca pada 2050. Para ilmuwan menyebut, target itu sejalan dengan kebutuhan. Mereka menegaskan, kadar emisi dunia harus turun sampai setengahnya pada pertengahan 2030, demi mencegah dampak pemanasan global yang merusak.

Kerry, bersama penasihat iklim dalam negeri Biden, Gina McCarthy, jadi ujung tombak pemerintah AS, untuk mengurusi isu iklim. Termasuk mengoordinasi aturan dan penyaluran insentif di dalam dan luar negeri, demi mempercepat peralihan dari bahan bakar fosil ke energi bersih.

Lihat juga...