Ragam Budaya di Calon IKN, Cerminan Kebhinekaan Indonesia

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Untuk masa Hindu Budha, lanjutnya, bisa terlihat pada tujuh prasasti pada yupa di Bukit Berubus yang dikeluarkan Raja Mulawarman pada periode sekitar abad ke-4.

“Yang harus diteliti lebih jauh, kenapa di Muara Kaman. Selain itu, peradaban Hindu Budha juga terlihat pada Arca Nandi di Kotabangun dan kumpulan arca di Gunung Kombeng,” kata Truman menjelaskan.

Masa peradaban Islam diperkirakan muncul pada abad ke-16 dengan berkembangnya kesultanan di wilayah IKN, yang meninggalkan artefak berupa keraton dan masjid.

“Ada dua kesultanan, yaitu Kutai Kartanegara dan Pasir. Pasir inilah yang kini dikenal dengan Paser,” ujarnya.

Kesultanan Kutai Kartanegara berawal dari Kerajaan Kutai yang diwarnai dengan budaya Hindu yang berkembang pada abad ke-14 dengan raja pertamanya adalah Batara Agung Dewa Sakti di Anggana Kutai Lama dan berubah menjadi kerajaan Islam pada 1575 dan berakhir pada tahun 1960. Wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara semakin luas, saat Pangeran Sinum Panji Mendapa menguasai Kutai Martadipura yang berlokasi di Muara Kaman pada tahun 1635.

“Kesultanan Pasir tercatat berdiri tahun 1567 di Pasir Balengkong tepi Sungai Kendilo. Kesultanan ini menyatukan sub-sub suku Pasir yang terletak di wilayah perbatasan Kalimantan Selatan hingga Balikpapan,” papar Truman.

Sumber daya alam batubara yang ada di IKN mendorong perusahaan asing mulai masuk. Eksplorasi pertama yang dilakukan pemerintah hindia Belanda terjadi pada tahun 1860 dengan pengawasan asisten residen Kutai.

“Produksi pertama mencapai lebih dari 3 ribu ton. Pada 1888 berdiri perusahaan batu bara swasta yang bernama Oost Borneo Maatschapij. Waktu itu, sistemnya adalah mendapatkan royalti. Jadi bisa dibilang, kesultananan waktu zaman itu kaya,” paparnya lebih lanjut.

Lihat juga...