Kesadaran Masyarakat Semarang tak Membuang Sampah ke Sungai, Rendah
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
SEMARANG – Rumah pompa menjadi salah satu solusi, untuk mengatasi persoalan banjir di Kota Semarang. Tercatat saat ini, ada sebanyak 43 rumah pompa dengan 78 mesin, yang tersebar di berbagai wilayah rawan banjir di ibu kota Provinsi Jateng tersebut.
Namun sayang, kehadiran rumah pompa tersebut, belum diimbangi dengan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Terutama, dalam kesadaran untuk tidak membuang sampah ke sungai.
Hal tersebut dirasakan Rastum, petugas rumah pompa Kali Tenggang Kota Semarang. Setiap hari, saat bertugas, dirinya selalu membersihkan tumpukan sampah yang terbawa arus sungai. Jika tidak dibersihkan, sampah-sampah tersebut dikhawatirkan bisa menyumbat aliran pompa.
“Apalagi saat musim penghujan seperti sekarang ini, semakin banyak sampah yang terbawa arus sungai. Isinya macam-macam, dari mulai botol plastik, kayu, sampai kursi sofa, kasur hingga ban mobil, juga pernah ada,” paparnya, saat ditemui di lokasi tersebut, Semarang, Rabu (16/12/2020).
Seperti halnya rumah pompa lainnya, keberadaan rumah pompa Kali Tenggang sangat penting, sebab menjadi titik pengendali banjir untuk wilayah Gayamsari, Pedurungan, Muktiharjo, Medoho dan daerah lainnya di Kecamatan Semarang Timur.
Untuk itu, kondisinya harus terjaga. Termasuk terhindar dari tumpukan sampah yang dapat menyumbat pompa.
“Sampah plastik yang terbawa aliran sungai, dapat mengganggu aktivitas di pompa air Kali Tenggang. Termasuk mengganggu daya sedot pompa air dan elevasi debit di kolam penampungan sementara,” papar petugas lainnya, Wahyu.
Untuk itu, pihaknya berharap kepada masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai. Sebab selama ini, ada kecenderungan, sampah yang dibuang ke sungai semakin meningkat saat musim penghujan.