WHO Setujui Penggunaan Vaksin Polio Buatan Bio Farma untuk Kebutuhan Darurat
JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (13/11/2020) mengeluarkan izin penggunaan secara darurat vaksin polio nOPV2. Vaksin tersebut salah satunya diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), badan usaha milik negara di Indonesia.
“WHO pada hari ini memasukkan vaksin nOPV2 (Bio Farma, Indonesia) dalam daftar penggunaan darurat demi menghadapi tingginya kasus positif polio di sejumlah negara-negara Afrika dan Mediterania Timur. Wilayah Pasifik bagian barat dan Asia Tenggara juga terdampak oleh wabah ini,” ujar WHO, melalui siaran tertulis yang diterima, Sabtu (14/11/2020).
Untuk pertama kalinya, WHO menerbitkan izin penggunaan darurat (EUL) untuk vaksin. Oleh karena itu, WHO berharap langkah tersebut juga dapat diterapkan pada calon vaksin COVID-19. Vaksin nOPV2, merupakan anti virus polio jenis baru (cVDPVs), yang dikembangkan oleh jaringan kerja sama global lintas lembaga dan ahli dari berbagai negara. Kegiatannya menjadi Inisiatif Global, untuk Menghapus Polio (GPEI).
Jaringan kerja sama itu diikuti oleh Bio Farma, BUMN yang memproduksi vaksin di Indonesia; University of Antwerp di Belgia; organisasi non pemerintah Lawan Penyakit Menular di Negara Berkembang (FIDEC); Institut Nasional untuk Standar Biologi dan Kontrol (NIBSC) di Inggris; University of California San Francisco (UCSF), Amerika Serikat; Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit (CDC), AS; dan berbagai lembaga swadaya lainnya seperti PATH dan Bill & Melinda Gates Foundation.
Dalam waktu 30 tahun terakhir, upaya penghapusan kasus polio telah mencapai 99,9 persen. Namun, usaha itu belum dapat mencapai akhir, karena virus polio cVDPVs masih kerap tersebar di populasi yang jarang mendapatkan akses imunisasi. “Jika banyak anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi polio, virus dapat diturunkan antarindividu dan antargenerasi sehingga virus itu membentuk jenis baru yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Virus cVDPVs tipe dua merupakan jenis yang cukup banyak ditemui saat ini,” terang WHO.