Konservasi Mangrove Jadi Daya Tarik WN Jepang ini ke Lamsel

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

LAMPUNG — Terutho Sithuwoka, warga negara Jepang terlihat kagum dengan gotong royong warga membuat alat pemecah ombak (APO) dari bambu. APO bambu tersebut digunakan untuk penanaman mangrove jenis rhizopora atau bakau. Selain laki laki, sejumlah wanita ikut bekerja dalam program padat karya mangrove oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Terutho Sithuwoka, warga negara Jepang yang ingin belajar pengelolaan mangrove kawasan pesisir pantai Desa Sumber Nadi, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan, Rabu (4/11/2020). Foto: Henk Widi

Pelestarian mangrove pada kawasan pesisir menjadi perhatian baginya sebab Jepang dan Indonesia memiliki potensi bencana sama, tsunami. Berada di kawasan cincin api (ring of fire) atau gunung api berpotensi bencana tsunami akibat aktivitas vulkanik, mangrove jadi benteng alami.

Terutho Sithuwoka menyebut rehabilitasi dan konservasi hutan mangrove kawasan pesisir cukup vital. Ia bahkan menyebut integrasi kawasan mangrove berpotensi menjadi pemberdayaan masyarakat pesisir. Pada tahap penanaman pelibatan kelompok tani berpotensi menghasilkan secara ekonomi. Pada jangka panjang bencana alam abrasi, tsunami bisa dicegah.

“Didampingi bapak Arif dari seksi rehabilitasi hutan dan lahan KLHK kami meninjau potensi rehabilitasi mangrove berbasis pemberdayaan namun sangat penting untuk pencegahan bencana alam di masa depan, gotong royong masyarakat juga sangat terlihat sebagai potensi untuk penanaman mangrove,” terangnya saat ditemui di pesisir timur Lampung Selatan, Rabu (4/11/2020)

Lihat juga...