Tantangan Menjadikan Danau Toba Nyaman bagi Wisatawan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Kita bekerjasama dengan MUI untuk sertifikasi. Sudah ada beberapa restoran yang menyajikan menu halal, jadi wisatawan muslim bisa tinggal lebih lama, menginap, dan makan. Tidak ada salahnya juga ada masakan Batak yang halal sehingga bisa menjadi wisata ramah muslim,” tandasnya.
Kepala Departemen Koinonia Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Pdt. Dr. Martongo Sitinjak, menyatakan bahwa mengubah karakter dan mindset masyarakat dalam mengembangkan kawasan Danau Toba menjadi destinasi wisata prioritas memang tantangan yang berbeda.

“Membangun kesadaran dan kerjasama gereja, pemerintah dan tokoh masyarakat untuk membangun desa wisata merupakan hal utama. Sehingga apa yang ingin dicapai oleh pemerintah bisa tercapai,” katanya dalam kesempatan yang sama.
Ia menyatakan membangun nilai kejujuran di masyarakat merupakan suatu hal yang harus dibangun juga di Danau Toba.
“Belajar dengan Bali. Dimana wisatawan yang kehilangan sesuatu akan bisa terbantu. Beberapa saat, barang yang hilang itu bisa kembali ke tangannya. Itu membuat wisatawan percaya dan nyaman untuk berada di suatu area wisata. Ini perlu diciptakan juga di Danau Toba,” ucapnya.
Ia menegaskan, selama membangun Danau Toba untuk destinasi wisata prioritas, semua pihak harus menyadari bahwa keberlanjutan lingkungan adalah hal utama yang juga perlu dijaga.
“Memelihara kelestarian dan keaslian lingkungan itu penting. Karena wisatawan harus melihat hal otentik dari daerah wisata yang mereka kunjungi. Suatu hal yang berkarakteristik lokal yang hanya bisa mereka lihat di sini dan membawa mereka kembali di Danau Toba,” pungkasnya.