Tarian Ikan Cupang Hipnotis Penghobi di Tengah Pandemi
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Dalam perawatan juga tidak terlalu susah, cukup dengan rutin mengganti air wadah ikan. Sementara untuk pakan, dirinya memilih menggunakan cacing beku, dibanding cacing hidup.
“Sebenarnya lebih bagus pakai cacing darah hidup, tapi karena lebih merepotkan, pilihannya pakai cacing beku. Sama-sama cacing darang tapi instan. Lebih mudah dan tahan lama,” tambahnya.
Sementara, salah satu pedagang ikan hias, Agus, mengakui di masa pandemi, tren memelihara ikan cupang hias kembali muncul. Ikan yang dahulu dikenal sebagai ikan aduan tersebut kini kembali menjadi idola.
“Kalau dulu diadu, sekarang lebih banyak jadi ikan hias. Tidak diadu lagi, sayang ikannya, karena modelnya sekarang bervariatif,” paparnya.
Di lapak miliknya, ada berbagai jenis ikan cupang dengan harga yang beragam pula. “Paling mahal harga Rp 150 – Rp 200 ribu, seperti jenis cupang halfmoon, serit atau crowntail, sampai double tail. Lebih mahal karena warna bagus, siripnya juga sempurna,” terangnya.
Selain itu ada juga cupang harga kisaran Rp 10 ribu – Rp 25 ribu, jenisnya pun beragam. Mulai dari cupang siam, cupang jawa, dan lainnya. “Saya tidak jual ikan cupang yang mahal-mahal, karena menyesuaikan segmen pembeli di pasar Kenari. Ada juga yang lebih mahal, tapi yang beli orang tertentu saja, yang benar-benar hobi,” tandasnya.
Dirinya menyatakan, ikan cupang dari segi pemeliharaan dan perawatan memang relatif mudah. Selain itu, jenis ikan cupang juga kian beragam, dengan menghasilkan kombinasi warna yang menarik.
“Itu sebabnya sekarang ikan cupang kembali naik lagi trennya. Ya, alhamdulillah bisa ikut menaikan penjualan ikan. Memang belakangan ini trend ikan hias, ikut meningkat, meski di awal-awal pandemi, pembeli turun drastis,” tandasnya.