Kemarau, Para Petani di Lamsel Gunakan Air Bergiliran

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Musim kemarau dengan pasokan air tetap lancar, meski terbatas, dimaksimalkan oleh petani dan pembudidaya ikan di Lampung Selatan. Mereka saling berbagi dan bergiliran memanfaatkan sumber air yang makin menyusut di musim kemarau ini.

Mujiono, petani padi di Lamsel, memanfaatkan sungai das miwang yang debitnya menyusut dan sumur bor. Pasokan air yang terbatas, menurutnya terjadi sejak masa padi berbulir.

Memaksimalkan pasokan air yang ada petani, menggunakan sistem bergilir. Kebutuhan air untuk lahan sawah seluas setengah hektare butuh waktu sehari. Hari berikutnya, ia harus bergiliran memanfaatkan sumur bor, fasilitas bantuan dari pemerintah. Sumur bor tersebut menggunakan tenaga listrik, mampu mengairi puluhan hektare sawah milik kelompok tani.

Sebelumnya, Mujiono menyebut saat masa pengolahan lahan petani masih mengandalkan air hujan dan sungai. Memasuki pertengahan Agustus hingga September, pasokan air mulai terbatas. Saat padi berbulir atau meratak, pasokan air digunakan untuk masa pengisian hingga pematangan bulir padi. Sebab, kurangnya pasokan air berimbas padi kurang bernas.

“Padi yang kurang bernas atau berisi disebabkan kurang pupuk sebagai nutrisi dan air. Memaksimalkan fasilitas sumur bor dan mesin sedot dari sungai saat kemarau, bisa menyelamatkan produksi tanaman padi milik petani,” terang Mujiono, saat ditemui Cendana News, Minggu (13/9/2020).

Suyatno, pembudidaya ikan lele di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, memanfaatkan air dari sumur dengan sistem pompa air, Minggu (13/9/2020). -Foto: Henk Widi
Lihat juga...