Ekonom Indef Nilai RAPBN 2021 tidak Kokoh

Editor: Makmun Hidayat

“Pendekatan tidak jelas, arah demand side tidak, suplay side juga tidak,” ujarnya.

Bahkan tambah dia, lebih memprihatinkan lagi RAPBN 2021 terkait anggaran kesehatan malah diturunkan. “Anehnya RAPBN ini, anggaran kesehatan turun dari Rp 87,55 triliun menjadi Rp 25,4 triliun. Ini aneh tidak jelas,” ujarnya.

Dengan diturunkannya anggaran tersebut, maka kata dia, kemungkinan besar tidak ada vaksinasi masal gratis. Padahal biaya kesehatan itu untuk penyelamatan jiwa rakyat Indonesia dalam kondisi pandemi Covid-19 ini.

“Jadi justru anggaran kesehatan harus ditingkatkan,” tegasnya.

Selain itu tambah dia, biaya perlindungan sosial yang tadinya Rp 203 triliun, dalam RAPBN 2021 ini hanya dianggarkan sebesar Rp136 triliun.

“Mengapa juga  ini? Padahal yang demand side itu selain biaya kesehatan juga perlindungan sosial,” tandasnya.

Bahkan tambah dia lagi, biaya keseluruhan pemulihan ekonomi juga menurun dari Rp 695,2 triliun menjadi Rp 356,5 triliun.

Dengan demikian menurutnya, desain RAPBN 2021 sudah tidak kokoh. Padahal tahun 2021 adalah momentum bagi pemulihan ekonomi nasional. Belanja negara diharapkan dapat menjadi instrumen pemulihan dari dampak kesehatan dan sosial-ekonomi yang ditimbulkan.

“Dengan ambisi ekonomi mencapai 5,5 persen pertumbuhan ekonomi, saya kira jauh dari target karena daya beli juga tidak didongkrat. Desain RAPBN-nya rapuh tidak kokoh,” pungkasnya.

Lihat juga...