Permintaan Batang Pinang yang Nihil Tetap Untungkan Petani

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Pohon pinang masih tetap memberi nilai ekonomis bagi pemilik tanpa harus menebangnya,” papar Syarifudin.

Warsih, pemilik sejumlah pohon pinang di Desa Padan,Kecamatan Penengahan mengaku tahun ini permintaan batang tanaman itu nihil. Normalnya sepekan sebelum peringatan HUT kemerdekaan kerap dibeli warga. Beralihnya sejumlah perlombaan yang tidak menimbulkan kerumunan saat pandemi Covid-19 ikut mempengaruhi permintaan.

“Permintaan yang nihil untuk batang pinang pastinya tidak ada pengaruh, justru menguntungkan karena masih bisa dipanen,” cetusnya.

Warsih, salah satu petani pemilik pohon pinang mengaku menjual buah kering seharga Rp8.000. Menjual sebanyak 100 kilogram saja ia bisa mendapat hasil Rp800 ribu. Sebagai bahan pembuatan cairan batik, bahan kosmetik dan obat, buah pinang jadi komoditas alternatif. Ditanam sebagai pohon pagar ia masih bisa mendapatkan hasil dari tanaman yang disebut jebuk atau jambe itu.

Yanto,salah satu warga Bakauheni menyebut batang pinang dipakai untuk panjat pinang dan gebuk bantal. Namun tahun ini perlombaan tersebut dibatasi sebab permainan tersebut harus melakukan kontak fisik dengan sejumlah orang. Lomba gebuk bantal di atas sungai kecil menurutnya masih tetap bisa dilakukan karena dimainkan oleh dua orang. Ia hanya memakai dua batang pinang yang diperoleh dari kebun warga tanpa harus membeli.

Lihat juga...