Menyusuri Makna Sebuah Perjalanan Pulang Lewat “Mudik”

Cuplikan film "Mudik" (2020) – Foto Ant

Hal ini membuat penonton harus lebih sabar untuk mengulik cerita dari kedua tokoh utama tersebut lebih dalam lagi.  Adriyanto memanfaatkan sejumlah teknik yang mendukung nuansa dingin dan tegang yang terbangun. Sejak awal, ia banyak menggunakan pengambilan gambar berdurasi panjang (long take) dan follow di sejumlah adegan. Alih-alih membuat bosan, teknik ini rasanya cukup efektif untuk menimbulkan antisipasi bagi penonton mengenai kejadian apa yang menanti karakternya.

Teknik tersebut juga seakan mengajak penonton benar-benar ikut dalam perjalanan para lakonnya. Mudik, yang bisa dibilang merupakan budaya yang lekat dengan masyarakat Indonesia, juga dengan apik disajikan di film ini. Terdapat beberapa detail kecil yang menggambarkan suasana khas di momen tahunan ini. Mulai dari bergantian menyetir mobil, berhenti di rest area untuk makan malam hingga ke toilet, keramaian di sepanjang tol Cikampek. Dan hal-hal sepele lain, yang agaknya menimbulkan rasa rindu bagi penonton yang mungkin tak bisa merasakan pengalaman itu di tahun ini karena pandemi.

Bicara tentang konflik di kisah ini, juga terbilang cukup familiar dan nyata. Di balik hiruk pikuk dan kemeriahan mudik, ada sejumlah tragedi yang harus dihadapi sebuah keluarga, seperti misalnya masalah rumah tangga, hingga kecelakaan maut.

Santi, tokoh yang diperankan Asmara Abigail, yang ditinggal meninggal oleh suaminya yang tertabrak di perjalanan pulang, menjadi sisi menarik untuk dikulik. Sebagai seorang janda di desa, diiringi dengan penyelidikan polisi hingga adanya pemerasan dari warga yang melihat bencana sebagai ladang uang, juga dikisahkan dengan apik. Kehadirannya seakan menjadi warna dan ruang baru bagi kisah-kisah serupa yang mungkin suaranya tak terlalu terdengar di tengah meriahnya mudik lebaran.

Lihat juga...