Indonesia Perlu Banyak Kajian Ilmiah tentang Ubur-ubur

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Berita serangan ubur-ubur pada masyarakat terutama pada anak-anak selalu berulang setiap tahunnya. Dan ini terjadi tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia.

Tapi di Indonesia sendiri, kajian ilmiah dari ubur-ubur ini belum banyak dilakukan dan membutuhkan keterlibatan semua pihak, juga masyarakat umum. Padahal ubur-ubur, berdasarkan kajian ilmiah negara lainnya, menunjukkan potensi yang sangat luar biasa.

Kepala Pusat Peneliti Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Ir Augy Syahailatua, MSc, menyatakan bahwa ubur-ubur termasuk hewan yang sederhana karena tidak memiliki sistem yang lengkap seperti halnya hewan lainnya.

Kepala Pusat Peneliti Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Ir Augy Syahailatua, MSc, saat seminar online, Sabtu (22/8/2020) – Foto: Ranny Supusepa

“Hewan ini termasuk rapuh tidak kuat dengan paparan sinar matahari. Jenisnya, tercatat ada sekitar 2.000 spesies lebih di dunia,” kata Augy dalam seminar online, Sabtu (22/8//2020).

Tapi walaupun termasuk hewan sederhana, ubur-ubur memiliki racun yang cukup kuat yang sanggup menyebabkan kematian jika tersengat.

“Dinyatakan racun ubur-ubur ini memiliki tingkat racun setara dengan 100 kali racun ular kobra dan memiliki kemampuan adaptasi yang sangat tinggi pada lingkungan. Ia bisa hidup dalam lingkungan yang sehat maupun tercemar. Sehingga, penting sekali bagi kita untuk mengenali terkait ubur-ubur ini,” ucapnya.

Tapi, ia menekankan, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian terkait ubur-ubur ini. Sehingga bisa dilakukan mitigasi terkait beberapa kasus ledakan ubur-ubur yang terjadi.

Lihat juga...