Belajar Bahasa Jawa dari Pendekatan Seni Lagu-lagu Didi Kempot
Editor: Makmun Hidayat
SEMARANG — Lagu-lagu berbahasa Jawa karya penyanyi Didi Kempot, ternyata tidak hanya enak didengar, namun juga menjadi bagian dari upaya pembelajaran bahasa dan sastra Jawa.
“Selama ini ikhtiar, untuk mengembangkan bahasa Jawa, lebih banyak pada wilayah yang bersifat artifisial, seperti upacara-upacara dan kerap kali sasaran tembaknya itu, luput. Sebab hal tersebut, lebih banyak dilakukan oleh, maaf, generasi tua dengan cara pandang yang sangat tua. Material-material yang digunakan pun menjadi ketinggalan, untuk merangkul para generasi muda,” papar dosen bahasa dan sastra Jawa, Universitas Negeri Semarang (Unnes), Dr Sucipto Hadi Purnomo, di Semarang, Kamis (13/8/2020) petang.
Kekosongan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Jawa tersebut, kemudian diisi oleh sosok-sosok seniman, khususnya para penyanyi lagu berbahasa Jawa. Termasuk salah satunya Didi Kempot, dengan daya tarik yang luar biasa, mampu menarik minat generasi muda untuk belajar bahasa Jawa.
“Tentu saja tidak hanya Didi Kempot, sebelumnya kita mengenal Ki Manthous, atau penyanyi pesisiran lainnya yang konsisten menggunakan bahasa Jawa. Ini sekadar untuk menyebutkan di jalur musik itu, mereka adalah orang-orang yang memiliki kontribusi yang besar terhadap perkembangan bahasa Jawa pada masa kini,” lanjutnya.
Pertanyaannya adalah seberapa jauh dampak lagu-lagu dari Didi Kempot ini, di dalam memengaruhi penggunaan bahasa Jawa termasuk di kalangan generasi milenial.
“Jika kita mendengar lagu Cintaku Sekonyong-konyong Koder, maka Didi Kempot adalah penemu, sebab dalam kamus bahasa Jawa tidak ada kata itu. Namun tidak berhenti di sana, dibalut dengan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat purwakanthi, mampu menyajikan dengan pendekatan sekaligus kemasan yang sangat familier, dekat dengan kehidupan kita sehari-hari,” terangnya.