‘Urban Farming’ Kuatkan Ketahanan Pangan Masyarakat Perkotaan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

SEMARANG – Pemkot Semarang mengajak para pegiat atau kelompok pertanian perkotaan, untuk menularkan keilmuan mereka tentang urban farming kepada masyarakat. Hal tersebut sebagai upaya penguatan ketahanan pangan, terutama di era pandemi covid-19.

“Kita mengajak para pegiat, kelompok, komunitas pertanian bersama untuk bergotong royong, mendukung program ketahanan pangan bagi masayarakat Kota Semarang. Terlebih di saat pandemi covid-19 ini,” papar Wakil Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Senin (27/7/2020).

Salah satu wujud ketahanan pangan tersebut, dengan urban farming. Dipaparkan, konsep urban farming dengan bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan, dianggap beriringan dengan keinginan masyarakat kota untuk menjalani gaya hidup sehat.

Hasil panen dari urban farming lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya menerapkan sistem penanaman organik, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintesis.

“Sekaligus, dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dengan aktivitas berkebun di rumah juga dapat menyegarkan pikiran. Terlebih saat pandemi ini, kegiatan di luar rumah juga dibatasi,” lanjut Mbak Ita, panggilan akrab Wakil Walikota Semarang.

Tidak sekedar mendorong, dirinya bahkan sudah mempraktikkan langsung konsep urban farming tersebut di halaman rumahnya. Beraneka ragam sayur, empon-empon, hingga maupun tanaman buah, tertanam rapi baik dengan konsep tanam hidroponik maupun dengan media polybag.

“Sejumlah tanaman dibuat dengan konsep polybag. Sementara yang lainnya ada yang ditaruh dalam pot. Bahkan, saya juga buat yang berkonsep hidroponik maupun akuaponik. Untuk yang di pekarangan rumah ada strawberry, cabai, terong, serai, pandan, brokoli, dan selada. Sementara yang di halaman belakang yaitu seledri, kangkung dan sawi,” terangnya lagi.

Lihat juga...