Penjual Gethuk Lindri di Semarang Masih Bertahan

Editor: Koko Triarko

SEMARANG – Suara musik campursari terdengar cukup keras. Tidak lama kemudian, sesosok pria muncul sembari mendorong gerobak. Di balik kaca gerobak, terlihat setumpuk makanan warna-warni. Merah, hijau, kuning dan cokelat, khas gethuk lindri.

Ya, begitu ciri khas penjual gethuk lindri di wilayah Semarang Raya. Untuk menarik perhatian pembeli, mereka menggunakan speaker yang cukup besar dan memutar berbagai lagu mulai dari campursari, dangdut hingga pop.

Tidak heran, jika suatu saat terdengar suara merdu Didi Kempot membawakan lagu campursari, atau di lain hari, giliran Ariel Noah yang tampil. Tentu saja, tersiar dari speaker gerobak tukang gethuk lindri.

Terlepas dari itu, di tengah serbuan aneka makanan fast food, gethuk lindri masih tetap bertahan. Meski penggemarnya tidak lagi seperti masa kejayaannya di era 1980-1990an, namun makanan yang terbuat dari singkong ini tetap memiliki ruang tersendiri di hati para penggemarnya.

Disajikan dengan taburan parutan kelapa, yang sudah dicampur gula pasir atau garam halus, gethuk lindri pun siap dimakan. –Foto: Arixc Ardana

“Sekarang ini yang beli jarang-jarang. Terkadang saya harus berkeliling dua-tiga kali, baru ada yang beli. Itu saja tidak semuanya habis terjual,” papar Wahoyo, penjual gethuk lindri saat ditemui di kawasan Tembalang Kota Semarang, Minggu (26/7/2020).

Pria paruh baya tersebut, mengaku setiap hari menyusuri jalanan kota Semarang untuk menjajakan gethuk lindri buatannya. Saat ditanya berapa jarak yang ditempuh, dirinya mengaku tidak tahu pasti.

“Tidak pernah menghitung, tapi kalau berjualan berkeliling mulai dari pukul 07.00 WIB. Sampai nanti tengah hari, baru pulang. Jalan kaki, mutar kompleks, jalanan. Jualannya di sekitar wilayah Tembalang,” tambahnya.

Lihat juga...