Berserah Diri kepada Allah

OLEH HASANUDDIN

Jika Allah telah ridha kepada hamba-Nya atas sabar dan salatnya, maka Allah swt berfirman baginya: “Sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Anfal (8):46).

Maka ketika Allah telah bersamanya, buah dari kesabarannya, orang yang melakukan penyerahan diri kepada Allah, tidak perlu lagi merasakan ketakutan apa pun, dan semua permasalahannya, diadukannya hanya kepada Allah saja. Demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Yusuf sebagaimana firman Allah sebagai berikut: “Aku mengadukan kesusahanku dan kesedihanku hanya kepada Allah, dan dari Allah aku mengetahui sesuatu yang tidak kalian ketahui.” (Q.S. Yusuf (12):86).

Namun demikian, meskipun penyerahan diri kita kepada Allah telah diterima oleh Allah swt, hendaknya kita tetap bersikap tawadhu. Karena “kerendahan hati itu bagian dari iman”. Rasulullah saw bersabda: “Jika kamu tidak punya rasa malu, berbuatlah sekehendakmu”.

Jangan gadaikan usaha yang telah ditempuh dengan penuh penderitaan untuk memperoleh penerimaan Allah dengan berbuat melampaui batas, karena hal itu dapat membuat Allah murka dan mencabut segala nikmat pemberiannya kembali. Rasulullah saw bersabda: “Ketika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, Dia membuatnya lupa dengan sifat-sifat baiknya, menempatkan sifat sifat buruknya di depan matanya, dan membuatnya tidak suka duduk bersama dengan orang-orang yang berpaling dari ingatan kepada Tuhannya”.

Sikap tawadhu atas pencapain-pencapain rohani, melalui bimbingan Allah swt, inilah kunci untuk membuka pintu ma’rifat. Dan jika Allah telah membuka pintu kasih sayang-Nya, tumbuhlah rasa cinta yang semakin kuat kepada-Nya. Artinya Allah swt telah memilihnya menjadi salah seorang kekasih-Nya.

Lihat juga...