Selamatkan Lingkungan Kampung, Warga Maumere Tanam Bakau
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Abrasi dan banjir rob yang sering terjadi setiap ada gelombang besar yang menghantam pesisir pantai utara pulau Flores Provinsi Nusa Tenggra Timur (NTT) membuat perumahan di pesisir pantai terancam rusak.
Ancaman abrasi terjadi akibat berkurangnya hutan bakau yang biasa terdapat di pesisir pantai utara Kabupaten Sikka terutama di sebelah barat pelabuhan Laurens Say Maumere yang belum dibuat tanggul pengaman.
“Dulunya pesisir pantai di Kota Maumere dipenuhi oleh hutan bakau,” kata anggota Dewan Daerah WALHI NTT, Carolus Winfridus Keupung, Rabu (17/6/2020).
Lemahnya kontrol pemerintah sebut Wim sapaannya, membuat masyarakat sesuka hati membangun rumah di pesisir pantai dan menebang hutan bakau. Kondisi ini sebutnya, membuat abrasi mengancam perkampungan di pesisir pantai.
Kerusakan kian parah setiap tahunnya, kata Wim, membuat abrasi dan banjir rob terus terjadi. Ini akibat dari ketebalan hutan bakau yang terus berkurang setiap tahunnya.
“Untuk mengatasinya maka pemerintah membangun tanggul pengaman di sisi barat dan sisi timur pelabuhan Laurens Say. Ini solusi yang mudah dan cepat namun bila wilayah di pesisir barat dan timur kota Maumere masih tidak dijaga maka hutan bakau akan punah,” ucapnya.
Hutan bakau di Kampung Bebeng, Kelurahan Wolomarang, Kota Maumere dengan ketebalan hampir 100 meter terjadi berkat kepedulian warga. Penanaman bakau dilakukan secara mandiri.
Adalah Abdul Sukur, lelaki paruh baya yang merasa takut apabila hutan bakau berkurang. Dia katakan, saat tsunami kampungnya tidak mengalami kerusakan parah karena adanya hutan bakau.
