‘New Normal’ Berisiko Tingkatkan Kasus Covid-19
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menilai, langkah pemerintah menerapkan tatanan hidup baru atau new normal adalah sebuah ketergesa-gesaan. Pasalnya, meski implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di 4 provinsi dan 72 kabupaten-kota mampu menekan tingkat penyebaran Covid-19, namun pandemi ini belum tertanggulangi.
“Pandemi Covid-19 ini bahkan kerap mencetak rekor penambahan kasus harian,” ujar Direktur IDEAS, Yusuf Wibisono, berdasarkan rilis yang diterima Cendana News, Kamis (10/6/2020) malam.
Dia memaparkan, sebelum implementasi PSBB, terhitung tanggal 2 Maret-5 April 2020, penambahan kasus harian rata-rata 65 kasus. Bulan pertama pascaPSBB, yakni tanggal 6 April-5 Mei 2020, angka ini meningkat tajam rata-rata 327 kasus.
Dan, bulan ke dua pascaPSBB pada 6 Mei- 5 Juni 2020 makin melonjak rata-rata 563 kasus. Dengan kapasitas pengujian yang masih rendah, menutut Yusuf, penambahan kasus diperkirakan masih akan tinggi, bahkan mungkin melonjak.
“Dengan baru menguji 0,09 persen penduduknya, kasus positif Covid-19 Indonesia telah menembus 34.000 kasus. Maka, membuka kembali aktivitas ekonomi dan interaksi sosial adalah sebuah eksperimen yang sangat berbahaya,” ungkapnya.
Yusuf menambahkan, jika kapasitas pengujian Indonesia setara Brazil yang telah menguji 0,31 persen penduduknya, dengan rasio kasus per pengujian yang sama, kasus riil Covid-19 berpotensi hingga 98.000 kasus.
Jika kapasitas pengujian setara Malaysia, yakni 1,15 persen, atau Turki 1,78 persen, kasus riil berpotensi menembus 367-569 ribu kasus.
Yusuf memahami, argumen umum yang mendasari new normal yang sangat berisiko adalah kebutuhan tinggi untuk menyelamatkan perekonomian, mencegah kebangkrutan bisnis, menekan pengangguran dan menahan kemiskinan massal.