Adaptasi ‘New Normal’ tak Cukup dengan Kecerdasan Kognitif

Suasana kantor BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah saat penerapan tatanan normal baru, belum lama ini. -Ant

JAKARTA – Dekan Fakultas Psikologi Universitas Semarang, Dr. Rini Sugiarti., S.Psi., M.Si., menekankan pentingnya “resiliensi” atau kemapuan beradaptasi.

“Kondisi saat ini adalah kondisi ketika kita semua harus beradaptasi dengan sesuatu yang mengagetkan, tidak terencana, yang membuat orang bingung,” kata psikolog yang juga anggota pengurus pusat Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) itu, dalam diskusi daring diadakan AJI Indonesia di Jakarta, Rabu (10/6/2020).

Ia mengemukakan, beberapa hal yang harus dimiliki individu dalam normal baru di tengah pandemi virus Corona jenis baru itu. Akan sangat ideal, kata dia, jika orang memiliki ketahanan dengan sifat tangguh, lentur, dan kuat dalam menghadapi sesuatu.

Hal itu, kata dia, tidak hanya berlaku untuk orang yang sudah mengalami masalah kesehatan jiwa, tetapi juga sebagai cara individu menjalani normal baru agar bisa beradaptasi dengan baik.

Ia juga mengatakan perlunya individu memiliki “agilitas” atau kelincahan bergerak, sebagai sesuatu yang diperlukan ketika mempersiapkan diri memasuki normal baru.

Menurut Rini, jika “resiliensi” lebih kepada kepribadian, maka “agilitas” harus disertai dengan kecerdasan.

Pintar yang dimaksud dalam “agilitas”, kata dia, tidak hanya mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi juga membantu orang lain.

Kecerdasan kognitif, kata dia, tidak cukup untuk membuat individu bisa beradaptasi dan harus disertai kecerdasan lain.

Kemampuan memimpin diri sendiri, katanya, juga penting dalam normal baru. Kemampuan manajemen diri penting karena tidak hanya bisa membantu diri sendiri, tetapi juga orang lain.

“Jadi kalau bicara teori kepemimpinan, pemimpin yang baik itu adalah yang bisa memberikan. Saat ini, yang dibutuhkan adalah yang seperti itu,” kata dia.

Lihat juga...