Perdagangan ASEAN-China Tumbuh di Tengah Krisis Akibat COVID-19

JAKARTA — Perdagangan antara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) dan China tumbuh di tengah krisis akibat wabah COVID-19.

Peningkatan tersebut dipicu oleh rendahnya biaya pengapalan yang ditunjang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), demikian pendapat pengamat dikutip China Daily, Kamis.

Data Kementerian Kepabeanan China (GAC) menyebutkan ASEAN mengambil alih posisi Uni Eropa sebagai mitra dagang terbesar China pada triwulan pertama tahun ini.

Perdagangan luar negeri China dengan ASEAN telah mencapai 991,34 miliar yuan selama periode tersebut atau naik 6,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan memberikan kontribusi sebesar 15,1 persen dari total perdagangan global China.

Selain keputusan Inggris yang keluar dari UE pada akhir Januari, impor China dari ASEAN turut berkontribusi terhadap fenomena tersebut, demikian Direktur Jenderal Statistik dan Analisis GAC Li Kuiwen.

China mengimpor produk komponen elektronika aktif (IC) senilai 105,65 miliar yuan, termasuk microprocessor chip, chip capacitor dan konverter analog-digital dari pasar ASEAN selama tiga bulan pertama tahun ini atau naik 25,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sekaligus menyumbang 23,4 persen dari total impor China dari ASEAN.

Beberapa perusahaan asal Jepang dan Korea Selatan, seperti Sharp Corp dan Samsung Electronics Co Ltd, yang memindahkan produksinya ke berbagai negara dan membangun pabrik IC ke negara-negara ASEAN, seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia dalam beberapa tahun yang lalu turut mempengaruhi nilai perdagangan global China.

ASEAN mampu menjawab permintaan produk-produk China tersebut, kata Wakil Ketua Komisi Pakar Asosiasi Perdagangan Internasional China (CAIT) Li Yong.

Lihat juga...