Mencicipi Tumis Kecipir dan Labu Siam
Editor: Makmun Hidayat
MAUMERE — Sayur kecipir mulai dijual di berbagai pasar tradisional di kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan harganya pun tergolong murah.
Biasanya para petani di Sikka, sehabis musim panen jagung dan padi selalu menanam kacang-kacangan termasuk kecipir di areal kebun mereka untuk dijual dan dikonsumi sendiri.
“Untuk kecipir biasanya kami menjualnya dua ikat Rp5 ribu. Satu ikat biasanya berisi 4 sampai 5 kecipir,” sebut Petronela Dua Weni, salah seorang pedagang tradisional di Pasar Tingkat Maumere, Sabtu (2/5/2020).
Menurut Nela sapaannya, selain kecipir, para pedagang yang juga petani ini juga menjual aneka sayuran yang dipanen dari kebun mereka. Ada juga labu siam yang juga selalu dijual setiap hari tanpa mengenal musim.
Untuk labu siam,kata dia, saat hasil panen melimpah maka dijual Rp3 sampai 5 buah seharga Rp5 ribu sementara saat stok di pasar tradisional berkurang harganya bisa mencapai Rp5 ribu untuk 2 sampai 3 buah labu siam.
“Kalau stok labu siam memang selalu ada tetapi kadang harganya lebih mahal kalau stok di pasar tradisional tidak banyak. Kalau kecipir biasanya paling banyak dijual setelah bulan Maret,” ungkapnya.

Maria W. Parera salah seorang warga kota Maumere mengaku selalu rindu masakan tumis kecipir. Terkadang dirinya mencampurnya dengan labu siam biar tidak monoton tumis kecipir saja.