Memaknai Kesabaran dan Kebersamaan pada Kuliner Buras dan Langga
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Waktu menunggu selama memasak buras kerap membosankan. Terlebih proses memasak kerap dilakukan pada dapur atau halaman rumah. Selain itu gotong royong kerap dilakukan dengan urunan beras untuk pembuatannya. Setelah selesai dan matang hasil pembuatan buras dan langga akan dibagi sesuai kebutuhan dan banyaknya anggota keluarga.
“Saat membuat buras dan langga biasanya malam agar tidak batal puasa sembari menghangatkan tubuh di depan tungku,” beber Virdaus.
Marniati sang istri mengaku buras dan langga kerap disajikan pada dua hari raya besar. Saat Iduladha dan Idulfitri kuliner tersebut akan menjadi sajian seperti lontong. Sebagai pelengkap buras bisa disantap dengan kuah tuna, opor daging ayam dan gulai daging sapi. Sementara langga bisa disantap bersama bumbu kacang serta kuah opor.
Hidangan istimewa yang dibuat dengan penuh kesabaran akan menjadi kuliner istimewa. Sebab muncul saat momen khusus tuan rumah akan menyajikan hidangan terbaik salah satunya buras dan langga.
Meski pada lebaran tahun ini imbas Coronavirus Disease (Covid-19) silaturahmi dibatasi. Namun kedua jenis kuliner tersebut wajib disediakan bagi kerabat yang berkunjung.
“Menyiapkan hidangan istimewa menjadi bentuk penghormatan bagi tamu yang berkunjung,” terangnya.
Warga keturunan Bugis lain bernama Rabasia, warga Desa Hatta, Kecamatan Bakauheni mengaku membuat buras dan langga. Sang suami membantunya agar kedua jenis kuliner tersebut bisa disajikan tepat seusai Salat Ied.
