Alih Fungsi Lahan Tanpa Perencanaan Berimbas Kerusakan Lingkungan

Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo

“Sistem terasering dilakukan dengan membuat lahan berundak undak agar laju air tidak menggerus tanah di perbukitan,” bebernya.

Sejumlah titik yang telah longsor menurutnya telah direboisasi dengan sejumlah tanaman kayu keras. Kayu jenis sengon laut disebutnya bisa dipanen setiap enam tahun untuk bahan bangunan.

Pohon sengon laut yang digunakan sebagai tanaman penahan longsor menurutnya memiliki nilai ekonomis. Sebab sebatang pohon sengon berukuran besar memiliki harga sekitar Rp500.000 untuk ukuran besar. Sebagian pengepul akan membeli pohon sebagai bahan untuk pengecoran dan bahan palet. Sistem tebang pilih dilakukan dengan penanaman bibit baru.

Tejo Agung, penanggungjawab pembibitan pada Persemaian Permanen milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengaku bibit disediakan gratis. Sebanyak 2,5 juta bibit di persemaian permanen Desa Karangsari, Kecamatan Ketapang digunakan untuk reboisasi.

“Manfaatkan kondisi cuaca untuk menanam berbagai jenis bibit tanaman kayu keras agar mencegah longsor,” cetusnya.

Pencegahan longsor menurutnya bisa dilakukan oleh masyarakat dengan menanam lahan miring. Namun faktor ekonomis membuat warga memilih menanam sejumlah komoditas pertanian.

Selain cepat panen komoditas pertanian jenis jagung jadi pilihan. Namun dengan adanya bibit tanaman produktif jenis jengkol, petai, kemiri bisa meminimalisir kerusakan lingkungan.

Lihat juga...