Usaha ‘Sound System’ dan Rias di Lamsel Sepi Order

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Sebagian alat sound system yang digunakan menurut Deny Yusuf tetap harus distel setiap pekan. Meski tidak digunakan untuk kegiatan resepsi ia tetap rutin melakukan pengecekan alat yang dimilikinya.

Penurunan hasil bagi usaha sound system disebutnya berdampak pada sejumlah karyawan. Sebab sekali disewa ia bisa memberi upah sekitar Rp350.000 sekali proses order.

Imbas tidak ada order, selain bagi pemilik usaha Deny Yusuf memastikan berimbas bagi pekerja. Ia juga tidak bisa memastikan sampai kapan usaha miliknya akan berhenti operasi.

Sebab saat pandemi Covid-19 masih terjadi sejumlah kegiatan sementara dihentikan. Sebagai alternatif untuk mendapatkan sumber penghasilan ia menggarap lahan kebun yang dimilikinya.

“Beruntung saya masih memiliki kebun yang menghasilkan sejumlah buah yang bisa dijual untuk kebutuhan sehari-hari,” terangnya.

Imbas tidak ada order, Deny Yusuf menyebut sejumlah peralatan terpaksa disimpan. Sejumlah alat yang tidak digunakan menurutnya berpotensi mengalami korosi terutama alat terbuat dari besi.

Peralatan sound system yang jarang digunakan menurutnya harus tetap rutin untuk mempertahankan kondisi suara yang maksimal. Sebab tanpa rutin dicek sound system miliknya berpotensi rusak.

Selain berdampak bagi pemilik usaha sound system, Covid-19 berdampak bagi usaha jasa rias pengantin. Linawati, pemilik usaha jasa tata rias pengantin di Desa Wai Sidomukti, Kecamatan Ketapang menyebut sepi order.

Pada kondisi normal dalam sebulan ia bisa mendapat order hingga belasan pengantin. Namun imbas Covid-19 warga yang menggelar pernikahan berkurang.

“Semakin sedikit warga yang menggelar resepsi pernikahan, wisuda, berimbas order jasa rias tidak ada,” cetusnya.

Lihat juga...