Produksi Jagung di Sikka Diperkirakan Turun 40 Persen
Editor: Makmun Hidayat
MAUMERE — Serangan hama ulat grayak dan kekeringan yang berkepanjangan membuat panen jagung di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami penurunan produksi hingga 40 persen.
Penurunan produksi ini berpotensi makin parah bila ramalan tentang curah hujan yang akan berlangsung hingga pertengahan bulan Maret tidak terbukti, sehingga menyebabkan jagung yang baru ditanam di bulan Januari bisa mengalami kekeringan.
“Kita kemungkinan besar kehilangan produksi sekitar 40 persen dari sekitar 3 ribu hektare lebih lahan jagung yang mengalami kerusakan,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Mauritz da Cunha saat ditemui Cendana News, Senin (2/3/2020).

Mauritz menyebutkan, pihaknya sudah melaporkan kepada bupati mengenai kondisi tanaman jagung yang terserang hama ulat grayak dan kekeringan agar bisa dilakukan langkah-langkah kepada petani yang pasti mengalami penurunan produksi.
Distan, kata dia, telah bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial Kabupaten Sikka sehingga mudah-mudahan bisa diatasi dengan padat karya pangan atau lainnya untuk membantu petani.
“Rata-rata yang terkena dampak berada di pantai utara Jawa. Berdasarkan ramalan BMKG Kupang diperkirakan hujan akan berhenti pertengahan bulan Maret 2020 sehingga ditakutkan jagung yang ditanam minggu kedua Januari bisa terkena dampak,” terangnya.
Walaupun ada jagung yang telah berbuah, kata Mauritz, maka buahnya tidak maksimal dan bulirnya tidak banyak serta kecil sehingga berdasarkan perhitungan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPPT) Kupang bisa kehilangan produksi hingga 40 persen.