Kelor Bisa Cegah ‘Stunting’ dan Gizi Buruk di NTT
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selama ini dikenal memiliki banyak tanaman Kelor atau Marungga yang khasiatnya sangat luar biasa namun potensi ini belum dipergunakan secara maksimal sehingga mulai banyak tanaman kelor yang tidak ditanam lagi.
Untuk itu diperlukan budidaya kelor secara besar-besaran karena Gubernur NTT pun telah membuat surat kepada para bupati dan walikota agar meminta warganya menanam kelor sebagai salah satu sayuran menambah asupan gizi masyarakat.
“NTT stunting kita tertinggi dan untuk mencegah itu cara paling gampang hanya dengan mengkonsumsi kelor. Provinsi NTT memiliki daun kelor yang terbaik di dunia sehingga seharusnya tidak ada gizi buruk dan stunting,” kata anggota Komisi IV DPR RI, Julie Sutrisno, Minggu (15/3/2020).

Meskipun jutaan pohon kelor ditanamn kata Julie, tetapi harus ada sosialisasi kepada masyarakat untuk mengkonsumsi kelor agar bisa memperbaiki gizi dan mencegah stunting.
Sebagai ketua Dekranasda NTT dirinya bersama lembaga ini mengolah kelor untuk meningkatkan perekonomian dengan membuat sabun, shampo, kue, teh, kopi dan lainnya berbahan dasar kelor.
“Kita harus membudidayakan dan menanam kelor karena tanaman ini sangat cocok tumbuh di wilayah NTT. Sejak dahulu pun masyarakatnya selalu mengkonsumsi kelor sehingga kebiasaan ini perlu dipertahankan terus,” ungkapnya.
Selain itu kata Julie, sebelum menjadi ketua Dekranasda NTT dirinya melihat potensi tenun ikat NTT sangat menjanjikan dimana hampir semua wilayah di provinsi NTT memiliki budaya menenun.