JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan, program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (Pugar) yang telah berjalan sejak 2016 merupakan solusi dari permasalahan garam rakyat di sektor hulu.
Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP, Aryo Hanggono, dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (18/1), menyatakan, melalui program Pugar, KKP juga telah berhasil meningkatkan kualitas garam menjadi bersih dan kandungan NaCl-nya naik menjadi 91 persen.
Meskipun hal ini masih kurang maksimal., sehingga diperlukan pembangunan infrastruktur washing plant.
“Kalau garam kita yang kualitas 2, kita cuci (NaCl-nya) bisa sampai 99 persen. Target KKP saat ini adalah meningkatkan kualitas garam rakyat untuk menjadi garam industri yang dapat disalurkan ke industri aneka pangan,” katanya.
Aryo mengingatkan, bahwa saat ini impor garam untuk industri aneka pangan masih membutuhkan sekitar 600.000 ton.
Ia juga menyebut, tingginya permintaan garam untuk bahan baku di industri manufaktur inilah yang membuat Indonesia harus mengimpor garam. Kuota yang diberikan pada 2020 ini mencapai 2,9 juta ton.
Menurut Aryo, hal ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk terus memperbaiki kualitas produksi garam rakyat, agar dapat menutupi kebutuhan garam industri dalam negeri hingga dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
“Antara yang diimpor dengan yang disediakan oleh tambak rakyat ada perbedaan kualitas. Kandungan NaCl kita hanya mampu di 91 persen, belum mampu untuk memenuhi spek industri,” katanya.
Aryo memaparkan, hasil garam yang ada di tambak rakyat banyak terserap di industri rumah tangga, pengasinan ikan, penyamakan kulit.