Ruwat Laut, Merawat Keberagaman dan Ungkapan Syukur Warga Sumur

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

I Nyoman Prima Wijaya menyebut ruwat laut masyarakat nelayan juga sekaligus simbol keberagaman. Sebab pada rangkaian kegiatan ruwat laut tiga agama di desa tersebut ikut terlibat.

Bagi umat yang beragama Islam menggelar doa bersama (yasinan) pada Kamis malam (26/12). Sementara bagi umat Hindu menggelar doa bersama pada Jumat (27/12) disusul oleh umat yang beragama Kristiani.

Doa bersama oleh berbagai agama di Desa Sumur menurutnya menjadi simbol keberagaman di pesisir timur Lamsel. Pada kegiatan ruwat laut tersebut saat giliran warga yang beragama Hindu buat puluhan banten atau sesaji.

Selain itu setelah doa bersama digelar proses melarung sesaji dengan perahu hias atau dongdang. Sejumlah sesaji utama yang disiapkan diantaranya kepala kerbau putih, bebek, ayam serta berbagai jenis buah.

“Berbagai sesaji akan dilarung menggunakan dongdang diiringi perahu nelayan lain dan dikawal oleh perahu Satpolair Polres Lamsel,” ungkap I Nyoman Prima Wijaya.

I Wayan Suwantoro, kepala dusun Yogaloka menyebut, bagi umat Hindu doa bersama dilakukan sebelum proses melarung sesaji. Sejumlah banten yang disiapkan oleh umat Hindu dari desa setempat.

Dipimpin oleh I Made Pasti selaku pemuka agama Hindu dari Pura Kayangan Agung umat memberkati  dengan doa dan percikan air suci.

“Sebelum melarung sesaji doa digelar dari berbagai agama sebagai simbol keberagaman untuk memohon keselamatan,” tegas I Wayan Suwantoro.

Opung Evi Boru Manurung, salah satu tokoh agama dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menyebut mengapresiasi kegiatan ruwat laut tersebut. Sebab sebagai umat Kristiani baru pertama kali ia diundang dalam kegiatan doa bersama tersebut.

Lihat juga...