Jusuf Kalla: Kondisi Pendidikan di Indonesia Kini Lebih Baik
Editor: Makmun Hidayat
Dikatakannya, tidak usah bicara soal bahasa Inggris, karena memang Malaysia dan Singapore soal ujiannya dengan standar Cambrigde atau Oxford. Hanya Philipina yang soal ujiannya hampir sama dengan Indonesia, hal ini yang mungkin saja kemajuan pendidikannya hampir sama.
Selain itu, melihat ke standar lulus UN di Malaysia atau Singapura adalah tujuh dan sementara Indonesia pernah mulai dengan terpaksa angka kelulusan empat pada awal pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2003, dan hasilya ada 18 persen siswa tidak lulus, karena untuk angka kelulusan enam maka 40 persen anak tidak lulus.
“Saya lihat pada kondisi tahun ke tahunya mengalami kenaikan 0,5 sampai nilai enam seperti sekarang. Artinya secara bertahap ada peningkatan mutu,” jelasnya.
Untuk itu dalam waktu hampir dua dasawarsa terakhir, Indonesia telah menempuh dan menerapkan kebijaksanaan dan langkah untuk memajukan dan sekaligus menjamin mutu pendidikan. Kalau di Indonesia ini berbicara tentang pendidikan bermutu, harus ada ukurannya, yaitu ukuran yang harus dilihat dengan perbandingan waktu dan negara.
Ia menegaskan kenapa anak-anak tidak atau kurang belajar, karena selama beberapa puluh tahun, anak-anak dimaksud semua bakal lulus dalam ujian. Para pejabat seperti Bupati atau Wali Kota juga turut menekan sekolah dan guru agar meluluskan murid-murid 100 persen.
“Akhirnya, anak-anak merasa tidak perlu belajar, toh pasti lulus juga. Oleh karena itu apapun yang kita pikirkan, teori apapun yang kita pakai, tapi yang paling penting adalah bahwa murid harus belajar,” ujar Jusuf Kalla.
Intinya, ia menekankan bagwa apapun sistem dan kurikulum pendidikannya, jangan berharap anak pintar tanpa belajar. Karena anak-anak harus belajar, yang belajar akan lulus dan yang kurang belajar akan tidak lulus.