Masyarakat Adat, Benteng Terakhir Antisipasi Pemanasan Global
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
ENDE – Masyarakat adat merupakan palang pintu atau benteng terakhir mengantisipasi pemanasan global yang terjadi di bumi karena masyarakat adat mampu melestarikan hutan dan lingkungannya.
Masyarakat adat juga memiliki kemampuan secara turun temurun yang diwariskan leluhur untuk mengelola dan menjaga hutan sehingga masyarakat adat sangat mencintai hutan.
“Masyarakat adat juga sangat mencintai tanah, air dan udara serta semua yang ada di dalam wilayah kehidupan,” kata Philipus Kami, ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) wilayah Nusa Bunga, Senin (11/11/2019).

Lipus, sapaannya, mengatakan, masyarakat adat dapat membangun keseimbangan dengan alam, mampu melestarikan hutan dan lingkungan di sekitarnya sehingga menjadi palang pintu terakhir pemanasan global.
Pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan, kata mantan anggota DPRD Ende dua periode ini, harus terus menerus diserukan dalam membangun keseimbangan alam dan manusia.
“Dengan begitu tidak terjadi pemanasan global di bumi yang semakin tua ini. Masyarakat adat telah menunjukan jati dirinya sebagai penjaga ibu bumi ini,” tegasnya.
Meskipun memiliki peran yang besar dalam menjaga bumi, sesal Lipus, hingga saat ini keberadaan masyarakat adat masih dianggap sebelah mata.
Hal ini sebutnya, membuat masyarakat adat dalam mempertahankan kelestarian lingkungan dan menjaga keseimbangan alam masyarakat harus berjuang untuk merebut kembali hak-haknya.