Pemanfaatan Teknologi Bioremediasi Butuh Investor
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Perubahan kondisi tanah sebagai akibat dari aktivitas manusia, menyebabkan tanah tidak bisa menjadi lahan yang mendukung penanaman secara maksimal, bahkan tidak bisa ditanami sama sekali. Tercatat, ada 72 persen lahan di Indonesia yang mengalami kerusakan, baik karena perlakuan manusia, cuaca maupun kandungan kimiawi tanah.
Untuk itu, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) ‘Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), memperluas pemahaman teknik remediasi kepada masyarakat dan pelaku industri. Sehingga, masyarakat dan pelaku industri bisa tetap mendapatkan manfaat dari lahan miliknya.
Kepala PAIR, Drs. Totti Tjiptosumirat, M.Rur.Sci., menyatakan, bahwa kegiatan penelitian dan pengembangan bioremediasi ini sudah lama dilakukan oleh PAIR. Langkah selanjutnya yang ingin dilakukan adalah mensosialisasikan teknik pembenahan lahan ini secara lebih luas kepada masyarakat.
“Penelitian bioremediasi ini sudah dilakukan lama, dan pertemuan dengan media ini diharapkan akan membuka pintu dengan para investor untuk bisa memproduksi hasil litbang PAIR dalam skala banyak,” kata Totti, saat bertemu dengan awak media di PAIR Pasar Jumat Jakarta, Senin (30/9/2019).
Menurut Totti, kebutuhan akan pihak ke tiga dalam memperbanyak produk hasil penelitian BATAN sangat dibutuhkan. Karena, BATAN tidak dapat melakukan perbanyakan produk untuk tujuan komersil.
“BATAN ini bukan manufaktur, sehingga kami membutuhkan pihak ke tiga untuk memperbanyak produk ini, agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar Totti.
Totti menyatakan, sudah sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat maupun pelaku industri. Tapi, memang belum terlihat rasa tertarik dari pihak yang sudah bekerja sama dengan BATAN.