Budaya Ramah Lingkungan Dibangun dari Rumah dan Pendidikan
BANDUNG – Budaya ramah lingkungan perlu dibangun dari rumah tangga dan lingkungan pendidikan. Saat ini, keduanya memunculkan limbah yang perlu ditangani dengan baik.
“Kita tahu permasalahan sampah dan sebagainya itu ada di hulu, hulunya itu salah satunya adalah rumah tangga dan sekolah, karena sekolah juga membangun karakter dan rumah tangga,” kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia KLHK Helmi Basalamah di Gedung Sate Kota Bandung, Minggu (29/9/2019).
Lingkungan pendidikan, perlu menerapkan karakter anak bangsa yang peduli terhadap lingkungan. Dimulai dari perubahan pola kebiasaan ramah lingkungan. Kemudian dari kebiasaan tersebut, akan terbentuk karakter yang sesuai dengan program Adiwiyata. “Kita membangun karakter di sekolah dan lembaga pendidikan, misalnya tidak lagi membawa botol-botol bekas atau sekali pakai karena mereka sudah membawa tempat air,” tandasnya.
Selain itu, lembaga pendidikan informal juga diharapkan dapat menularkan budaya peduli dan ramah lingkungan. Seperti yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Indonesia Amerika (LIA), yang menurut Helmi dapat menumbuhkan budaya ramah lingkungan. “Jadi dengan adanya lembaga bahasa LIA, sebuah lembaga yang kita harapkan bisa menjadi lembaga yang membangun suasana yang ramah lingkungan,” tandasnya.
Ketua Pengurus Yayasan LIA, Mayjen TNI (Purn) Hendardji Soepandji, mengatakan, peserta yang mengikuti program LIA diharap dapat menjadi teladan yang baik dalam melestarikan lingkungan. “Serta yang terpenting adalah sebagai wujud tanggung jawab LIA dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Hendarji. (Ant)