BJ Habibie, Bapak Teknologi Indonesia

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Namun pada 1973, dia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Republik Indonesia Soeharto.

Lima tahun kemudian tepatnya pada 1978, Habibie menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) hingga Maret 1998. Ketika menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang pertama, secara aklamasi pada tanggal 7 Desember 1990.

Puncak karir Habibie terjadi pada 1998 dengan diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-3 dalam masa kepimpinan sejak 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Sebelumnya, Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7 sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998 dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

Habibie pernah menjadi Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisa Struktur, Hamburg, Jerman Barat pada 1966-1969. Kemudian, dia juga pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Metode dan Teknologi Pesawat Komersil/Pesawat Militer Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB) Gmbh, Hamburg, Jerman Barat pada periode 1969-1973.

Bagi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, Habibie adalah pendiri BPPT yang menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia terkhusus peneliti dan perekayasa untuk berkontribusi bagi kemajuan teknologi Indonesia.

“Kami kehilangan seorang bapak teknologi, eyang Habibie, yang juga adalah idola bagi kami semua, dan menjadi orang tua, pimpinan serta sahabat kami. Kami sungguh kehilangan beliau,” ujar Hammam.

Lihat juga...