“Era revolusi industri 4.0 membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan industri, yang mengadaptasi pemanfaatan teknologi, seperti big data,” ujarnya.
Penerapan sistem otomatis pada sistem produksi, komputasi awan (cloud computing) dan pemanfaatan teknologi lainnya. Pemanfaatan teknologi infomasi dan OT, tentunya membawa keuntungan di antaranya lebih efektif dan efisien. Proses produksi dan pengontrolan hingga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan pangsa pasar dan keuntungan bagi industri.
Namun di sisi lain, kata dia, terdapat tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah isu tentang keamanan informasi dan keamanan siber, yang berpotensi menimbulkan risiko jika pengimplementasian teknologi tidak dikelola dengan baik, yang memungkinkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan eksploitasi ke dalam sistem IT dan OT.
Seiring dengan bertambahnya industri 4.0, tren ancaman siber pun makin meningkat, hal ini tentunya harus menjadi perhatian dan tantangan, khususnya bagi IIKN.
Sektor infrastruktur kritis tidak dapat berjalan secara mandiri tanpa dukungan sub sektor atau sektor lainnya, hingga dapat membentuk sebuah rantai suplai yang saling mendukung atau dikenal dengan istilah interdepedensi.
Untuk melakukan perlindungan infrastruktur kritis, pada umumnya dan khususnya, Infrastruktur Informasi Kritis Nasional (IIKN) diperlukan strategi yang dapat diimplementasikan untuk menjamin keamanan pemanfaatan teknologi pada infrastruktur kritis.
“Dalam merancang sebuah strategi perlindungan, terdapat tiga hal yang menjadi pertimbangan, yaitu people, process dan technology,” katanya. (Ant)