Ratusan “Traffic Light” di Surabaya Gunakan Teknologi “Solar Cell”

Ilustrasi lampu pengatur lalulintas – Foto: Dokumentasi CDN

SURABAYA – Sekira 100 titik traffic light atau lampu pengatur lalu lintas di Kota Surabaya, Jawa Timur, sudah menggunakan teknologi solar cell atau pembangkit listrik tenaga matahari.

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, mengatakan, selain traffic light teknologi tersebut juga digunakan untuk penerangan jalan umum, rumah pompa, Terminal Purabaya, sekolah, hingga kantor instansi pelayanan publik.

“Selain bertujuan untuk meminimalisir saat gangguan listrik padam, teknologi ini juga bermanfaat pada penghematan anggaran yang dikeluarkan Pemkot Surabaya,” katanya, Rabu (7/8/2019).

Risma mengatakan, pengunaan solar cell di lingkungan Pemkot Surabaya sudah dimulai pada 2016 silam. Pada awalnya, saat itu terjadi peristiwa angin puting beliung yang menerjang di sejumlah kawasan Kota Surabaya.

Imbasnya, sejumlah kantor instansi pemerintahan tidak bisa melayani karena aliran listrik terganggu akibat puting beliung tersebut. “Selain itu sejumlah ruas jalan juga mengalami kemacetan lalu lintas, akibat dari lampu traffic light yang tidak berfungsi dengan baik karena aliran listrik terganggu,” jelasnya.

Oleh karena itu, Wali Kota Risma kemudian memutuskan untuk menggunakan teknologi solar cell. Terbukti, hingga saat ini Pemkot Surabaya belum pernah mengalami kendala, saat melayani warganya yang diakibatkan putusnya aliran listrik. “Kemudian kita pasang (solar cell), sekarang ada 100 titik, kita sudah pasang hampir 70 persen,” tandasnya.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini mengatakan, dahulu Pemkot Surabaya harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta per bulan untuk satu titik traffic light. Biaya itu digunakan untuk daya serta instalasi listrik. Namun sekarang, pemkot hanya mengeluarkan biaya untuk sewa meteran sekitar Rp90 ribu. “Sebab, semua itu memang harus ada redundant-nya (back up) tidak bisa hanya mengandalkan satu,” ujar Risma.

Lihat juga...