Alih Fungsi Lahan Ikut Sumbang Penyusutan Air Saat Kemarau
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
LAMPUNG — Kemarau di wilayah Lampung Selatan (Lamsel) berimbas menyusutnya debit air Sungai Way Pisang. Sungai bersumber dari Gunung Rajabasa tersebut bahkan dangkal sejak Juni silam diduga karena alih fungsi lahan dan kurangnya penghijauan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut.
Damiran, warga Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan menyebutkan, 2019 merupakan penyusutan Way Pisang terparah. Sungai dengan lebar lebih belasan meter, pada kondisi normal memiliki kedalaman sekitar 4 hingga 5 meter.
“Namun akibat kemarau, sejumlah titik hanya memiliki kedalaman 30 cm. Sejumlah batu yang sebelumnya terendam bahkan mulai bermunculan. Tanaman bambu di sepanjang DAS Way Pisang bahkan mulai mengering,” sebutnya kepada Cendana News, Rabu (7/8/2019).
Lahan yang dialihfungsikan menjadi kebun sawit, jagung, pisang membuat serapan air perbukitan Register 1 Way Pisang tidak berfungsi. Sejumlah mata air yang semula muncul bahkan tidak lagi mengeluarkan air.
“Kerusakan lingkungan dari hulu hingga hilir tentunya sangat terlihat, saya hidup di sekitar DAS Way Pisang sejak puluhan tahun silam bisa mengetahui perbedaan. Saat dahulu masih banyak pepohonan belum ditebang, air tetap lancar meski kemarau,” ungkap Damiran.
Damiran menyebut salah satu sumber pasokan air di wilayah register 1 Way Pisang berasal dari waduk Pergiwo. Selain sungai Way Pisang, warga Desa Gandri dan Kelaten masih bisa memanfaatkan air saat kemarau. Namun dalam satu dasawarsa, perubahan daerah tangkapan air (catchment area) mulai menipis.
Penebangan pohon tanpa proses penanaman kembali bahkan ikut mempercepat hilangnya sumber air. Damiran yang kini memasuki usia 70 tahun tersebut bahkan masih bisa membedakan gundulnya bukit kini dan hijaunya puluhan tahun silam.