Swasembada Kedelai Hanya Ada di Zaman Pak Harto
Editor: Mahadeva
Jika pemerintah masih berlaku seperti saat Pak Harto memimpin, disebutnya sangat mungkin Indonesia tidak perlu mengimpor kedelai. Data menunjukkan, produksi kedelai Indonesia saat ini hanya 600 ribu ton, sangat jauh menurun dari masa kepemimpinan Pak Harto.
“Saat ini, subsidi untuk pupuk dan bibit dihilangkan, sehingga biaya yang dibutuhkan petani lebih besar. Karena biaya besar petani jadi malas menanam. Ditambah dengan pencabutan Perpres 32 Tahun 2013, akhirnya produk kedelai kita tidak mampu bersaing,” tambah Yuliasti.
Kondisi tersebut berbeda dengan era kepemimpinan Pak Harto, yang sangat memperhatikan sektor pertanian dan agrikultur. Mengutip perkataan Pak Harto dari salah satu buku karya Mahpudi, 50 Inisiatif Soeharto untuk Indonesia dan Dunia, disebutnya, pemerintah harus selalu memperhatikan pada pembangunan sektor pertanian dan agrikultur.
Dan ini bukan hanya omongan belaka. Pak Harto selalu memastikan kebijakannya diaplikasikan secara baik di masyarakat. Saat itu, presiden yang dikenal dengan sebutan Smiling General tersebut menggalakan program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Hak itu untuk memastikan setiap petani meningkatkan hasil dari pertaniannya. Sebelum swasembada kedelai, Pak Harto juga berhasil melakukan swasembada beras, pada angka 25,8 juta ton per-tahun.
Keberhasilan tersebut membuahkan penghargaan dari FAO di 1986. Dalam medali itu tertulis, From Rice Importer to Self-Sufficiency dan President Soeharto of Indonesia.