‘Pojok Literasi’ Jauhkan Anak dari Gawai

JAKARTA — Rasyid Hartono (7) terlihat asyik menekuni buku yang ada di hadapannya. Bola matanya menyapu gambar yang ada di halaman buku itu.

Tepat di sebelahnya duduk ibunya Widyawati (35) membacakan cerita di buku itu.Sejak dua pekan lalu atau tepatnya sejak masuk di SDN 20/1 Jembatan Mas Kabupaten Batang Hari, Jambi, ibunya turut masuk ke dalam kelas dan duduk di sampingnya. Tidak di setiap pelajaran, namun hanya pada sesi pelajaran membaca.

“Kami memang diminta guru untuk membantu anak murid beradaptasi di lingkungan baru. Salah satunya dengan ikut serta mendampingi anak di sekolah,” kata Widyawati saat ditemui di sekolahnya, Jumat pekan lalu.

Awalnya, kata dia, Rasyid sempat agak bingung karena berada di lingkungan baru. Rasyid juga sempat mengalami “mati gaya” di sekolah. Pasalnya, anak bungsu dari dua bersaudara itu sudah terbiasa menggunakan gawai di rumahnya. Orang tuanya memberikan keleluasaan pada Rasyid untuk main gawai dengan harapan anaknya itu tidak pergi main jauh-jauh dari rumah.

Untungnya di sekolah itu, ada pojok literasi di tiap kelas. Termasuk di kelas satu. Di pojok literasi, terdapat sejumlah buku bacaan yang dipasang di rak. Dari situ, Rasyid tertarik untuk mengenal buku. Meskipun, kata Widyawati, agak sulit mengajak anak untuk menyenangi buku. Widyawati pun punya trik agar Rasyid ikut membaca, yakni dengan memilihkan buku yang banyak gambarnya dan kata-katanya mudah dimengerti.

“Terasa sekali perubahannya sejak tahu buku. Kadang saking asyiknya sama buku, lupa main HP (gawai),” ujar Widyawati yang berusaha menyediakan buku-buku bacaan untuk anaknya di rumah itu.

Lihat juga...